Sigale-gale
yang artinya lemah gemulai ialah tarian asal Sumatra Utara yang sangat
dibanggakan oleh masyarakat Batak Toba. Sigale-gale adalah tarian yang
diperagakan oleh patung terbuat dari kayu menyerupai manusia. Mengenakan
Ulos, Sigale-gale, bisa dikatakan adalah kesenian "wayang" orang Batak
sejak ratusan tahun silam.
Cerita
si gale-gale menceritakan tentang seorang anak laki-laki yang sangat
disayangi oleh ayahnya. Disuku batak seorang anak laki-laki sangat
dijunjung tinggi oleh suku batak, maka dari itu jika sebuah keluarga
tidak memiliki seorang anak laki-laki, itu menjadi sebuah keburukan bagi
suku batak.
Suasana
pertunjukan tarian boneka Sigale-gale memang sangat menarik dan
menghibur. Bayangkan, sebuah boneka yang dibelakangnya terdiri dari dua
atau tiga orang dalang yang menarik jalur-jalur tali secara anatomis,
boneka tersebut terbuat dari kayu menari seperti manusia. Kelihatannya
memang seperti manusia jika semakin diperhatikan. Boneka yang tingginya
mencapai satu setengah meter tersebut diberi kostum tradisonal Batak.
Bahkan semua gerak-geriknya yang muncul selama pertunjukan menciptakan
kesan-kesan dari contoh model manusia. Kepalanya bisa diputar ke samping
kanan dan kiri, mata dan lidahnya dapat bergerak, kedua tangan bergerak
seperti tangan-tangan manusia yang menari serta dapat menurunkan
badannya lebih rendah seperti jongkok waktu menari. Padahal semua
gerakan itu hanya di atas peti mati, tempat disimpannya boneka
Sigale-gale seusai dipajang atau dimainkan.
Tari
si gale-gale juga mempunyai cerita tersendiri, pada zaman dahulu kala
ada seorang raja yang tinggal di wilayah Toba. Ia memiliki seorang anak
yang bernama “Manggale”. Pada zaman itu masih sering terjadi peperangan
antar kerajaan, oleh karena itu sang raja memerintahkan sang anak
“Manggale” untuk ikut berperang. “Manggale” pun tewas saat peperangan
tersebut. Sang raja merasa sedih dan sangat terpukul karena kepergian
anak semata wayangnnya. Kesehatannya semakin memburuk, salah seorang
dari penasehat kerajaan pun memberikan nasehat kepada raja untuk
membuatkan pahatan patung dari kayu dengan wajah menyerupai anaknya.
Saat patung tersebut telah selesai, seorang tabib kerajaan pun melakukan
upacara ritual dengan meniup sordam dan memanggil roh anak sang raja
untuk dimasukan kedalam patung tersebut. Kesehatan sangraja pun semakin
membaik ketika melihat patung tersebut persis dengan wajah anaknya.
Sampai saat ini, Sigale-Gale masih ada di Pulau Samosir, Sumatera Utara dan masih sering dimainkan dengan menggunakan playback
musik. Sigale-Gale ini, menjadi salah satu ikon kebudayaan Sumatera
Utara yang masih menarik perhatian pengunjung baik dari lokal maupun
internasional. Makna tari sigale-gale bagi masyarakat setempat ialah
agar sesuatu yang buruk tidak terulang kembali dan dianggap dapat
membuang sial